Langsung ke konten utama

Postingan

Presiden Lagi Apa ?

Ini Presiden Lagi Ngapain ?. Oleh. Sandri Rumanama Ambon di terkenak bencana, gempa tiada henti, pengungsi di suruh balik, nyawa mereka jadi taruhan negara mana nuraninya. ? Papua kini berdarah, banyak yang luka, Isak, tangis dan air mata, Wamena yang begitu membara, presiden cukuplah jangan bersandiwara. Kebakaran hutan dan asap menyelimuti sejumlah daerah, ini negara sedang bermasalah, sejumlah aksi mahasiswa bergejolak sini sana, kondisi sosial masyarakat yang mulai memanas, perang identitas dan unsur sara nyaris tak terhindari presiden kok sibuk siapin pelantikan. Ini negara serba salah, tahun ini gahun berdarah sejak mei lali ratusan nyawa hilang tanpa ada sebab, benca dan konflik datang silih berganti, entah siapa yang harus bertanbgungjawab, presiden lagi ngapain.?
Postingan terbaru

Sajak Moderen IRONISNYA HATI

IRONISNYA HATI Oleh. Sandri Rumanama Sungguh ironis padahal ramai kota, rindu yang haus menjelma seakan bercampur warna fatamorgana, terbayang manis senyum_mu nan lugu tersirat rindu yang tak terpadu, oh sungguh kau jauh di sana. Jika panas tidak kau dapati matahari nan cerah dalam siniran, sebab ada gumpulan awan mendung jadi penghalang. Jika malam ini tidak kau dapati cerahnya lampu kota dan taman, sebab kau tak di sampingku saat itu ohh wahai sungguh kau idaman. Rinduku mencekam diam dalam pikiran. Kelap kelip lampu malam penuh kiasan, tak membuat naluri ku tumbuh apalagi tersirat senyum riang dari raut yang suram. Rinduku mencekam dalam diam, ada sejuta pikiran tanpa ungkapan, diam diam ia mengubur diri dan memasang batu nisan agar akupun tertipu oleh sukma tanpa ajian. Begitulah ironis hati.

Gurindam. Majas Kebenaran

MAJAS KEBENARAN. Oleh. Sandri Rumanama "Berhenti Untuk Berdalih Karena Senua Telah Menahami Mana Kebenaran Sejati & Mena Pembenaran Semata." Tak lekang oleh waktu yang kian menderang rakyat tak bisa lumpuh oleh serangan kebohongan walapun sejuta dalih kebenaran kau tampakan dilengkapi dengan sabda-sabda tuhan ini semacam alasan pembenaran untuk mereka yang telah berbuat curang agar kau paham kami telah sadar membela kebenaran. Kian hari semakin berderu tanpa malu disajikan di depan umum seakan-akan inilah kebenaran namun hati kami sudah beku untuk di tunggangi kebohongan sekali ada satu kebenaran disanalah umat berpadu untuk bersatu kami bukanlah penjilit untuk mengkhinati seruan para ulama. Jangan kira kamu membisu lalu kau ingin berbuat se-mau mu kami tampak acuh bukan tak mau berseru sedemikian rupa naluri tetap ada untuk bersuara sekali lagi kami muak dengan pencitraan dimana ada suara kebenaran kami disana bersorak dengan kalimat tauhid untuk

Sanjak Untuk Istri Ifan Seventeen

UNTUK DIA RINDU Oleh. Sandri Rumanama Ifan (Vokalis Seventeen) & Istrinya (Almarhum) Senja mulai nampak dengan harapan disana ada tujuan dalam angan kita berkemas gegas penuh semangat menghibur meraka diatas pentas saat sang matahari mulai redup dan di terangi cayaha lampu bagaikan lentera, d engan senyum dia menyapa. "Begitu syahdu malam itu sayup dalam syair begitu ucap pun kaku.  jiwa raga yang begitu lesu entah mengapa nyanyian pun terdengar layu, padahal semangat itu tanpa ragu,  disaat itu dia berada di sampingku." Dalam sekejap kelopak tampak tak jelas,  terhanyut hantamam sang gelombang tanpa angin, dimana aku terbawa oleh arus jauh dari angan, lantunan doa dalam sanubariku, jaga dia tuhan agar mendampingiku, walapun rindu terbesit dalam derasnya biskin naluri saat itu  aku bertanya kamu kemana hingga aku rindu . "Saat sadar kembali dalam fikiran mata yang terbuka atas kejadian penglihatan buram walapun ini di tengah keadaand, di ma

sanjak singkat. AKU TAK BISA DIAM KEPADA TUAN KECUALI TUHAN RIHANna

AKU TAK BISA DIAM KEPADA TUAN KECUALI TUHAN. By. Sandri Rumanama Sandri Rumanama (Penulis & Kritikus) aku bingung mengapa aku harus tertekan hingga hampir mengalami cedra otak atas kecelakaan sehari pas kejadian pembunuhan wsrtawan MU Tb, namun kuasa Allah insya Allah menyelamatkan kita semua. saudaraku sebangsa usiaku belum seberapa dengan bapak/ibu,  namun rasa memiliki terhadap bangsa ini  tak akan mengenal seberapa usiamu, sebab menyelamatkan bangsa ini adalah tugas kita bersama dan sebaik baiknya panggilan yang mulia bagi kita yang mengakui beriman kepada TUHAN. INGAT Beriman dulu baru berbangsa, beriman baru bernegara, ingat bertuhan dulu baru beriman ingat bertuhan duli baru bertuan. Tak penting anda siapa, tak penting siapa anda  yang terpenting adalah siap kah anda mencintai bangsa ini, mencintai perbedaan yang di bangsa, mencintai kepluralisme kita dalam berbangsa, mencintai sumpah yang sudah lama telah terikrar. Jangan percaya mereka yang mengaku paling p

Puisi Patah Hati

Andaikan Tangisan Dapat Mengembalikanmu oleh. Sandri Rumanama Sudut biru melalam dalam hati yang mulai rapuh saat raguku ku lepas dalam buah rindu kau berteduh dan ingin menempuh bersamaku lewati gelap dalam canda, suara hening membuat bahagia kini telah tiada andai bisa tangisan ku mengembalikan saat itu aku ingin menangis agar kau bahagia. "Nadi yang duhulu tak semerdu ini kini lumpuh dalam dentuman rasa yang telah kau hancurkan padahal saat itu candaku meledak agar kau memeluk ku  kini berubah menjadi pilu yang tak berarah hmmmmm misalnya tangis bisa berbuah kebahagian aku terus menangis biar ada keseruan." Sandri Rumanama begitulah kerasnya perasaan ahhhhh biarkanlah aku meredu dalam rendahnya hati yang kian mengeluh wahai tangis andai bisa kau hantarkanku ke sana  maka aku terus menangis agar dia menemui ku. Cara bagiku adalah doa   harapan untuk ku adalah jalan tujuan itu laksana syurga dalam kenyataan ku raih iming-iming agar 

Puisi Patah Hati

Ketulusan Itu Kebodohan Oleh. Sandri Rumanama Untukmu Yang Berada Disamping "Tak kusangka takdir ilahi yang ku anggap anugerah telah menghanyutkan dalam kehancuran tak tahan rasa ditinggal oleh sang pujangga dalam fatwanya kesetian namun pupus dalam kata Ketulusan  Itu Kebodohan". "Ku kira kau tak berpaling apalagi mengkhianati, telah kutanam bibit percaya agar kau yakin untuk melangkah, tak disangkah semuanya rusak hanya karena anggapan benar Ketulusan itu Kebodohan". "Perih rasanya pilu dalam daging yang mendidih, darah yang mengalir ibarat dipanaskan disamping sang matahari suara teriakan untuk tetap bertahan kau tutup kuping hingga aku merasa berada jauh dalam hening Tak Salah Ketulusan Itu Kebodohan". "Lantera Asamara yang telah kau nyalakan kau padam sekejap tanpa alasan mhngkinkah hanya soal rupa ataukah harta semua sungguh di luar dugaan, Sudahlah Ketulusan Itu Kebodohan". "Oh singsana hati yang kini gundah, kau sirami